Pemberangkatan pun tiba, saya bersama dengan peserta SM-3T
penempatan kabupaten Tambrauw dengan jumlah 33 peserta secara bersama-sama
berangkat menuju kota Sorong melalui Bandara Soekarno Hatta. Ini adalah
pengalaman pertama saya naik pesawat terbang, sungguh beruntung pertama kali
naik pesawat langsung ke daerah yang jauh yaitu Papua. Sebelum sampai di Sorong
kami transit di Makassar, kami berangkat dari pukul 00.05 WIB dan sampai di
Sorong kira-kira 05.30 WIT. Sesampainya di sorong rombongan peserta kabupaten
Tambrauw dan Raja Ampat bertemu, sekaligus berpisah untuk ke penempatan
masing-masing. Tidak menunggu waktu yang lama kami langsung dijemput dengan kendaraan
mobil Damri menuju tempat penginapan yaitu di salah satu hotel pinggir pantai
kota Sorong. Kami berada di penginapan hanya beberapa hari dan setelah itu kami
diberitahu distrik penempatan kami masing-masing, saya penempatan di distrik
Yembun.
![]() |
perserta SM3T LPTK UNJ penempatan Tambrauw dengan dosen pembimbing Pak Taufiq dan Pak Oman. |
Distrik Yembun berada tidak jauh dari Kota Sorong, namun
perjalanan menuju distrik tersebut cukup memakan waktu lama sekitar 5 sampai 6
jam dengan menggunakan mobil hilux. Waktu yang lama itu dikarenakan jalanan
menuju distrik tersebut yang penuh dengan bebatuan, perbaikan jalan, tebing,
dan pepohonan. Pengalaman baru bagi saya bisa melewati perjalanan yang menurut
saya itu adalah perjalanan paling ekstrim yang pernah saya lalui, saat di
pertengahan perjalanan saya bisa melihat pantai yang indah.
Perjalanan bagai naik rollercoaster pun selesai, sampailah
saya di desa Metnayam distrik yembun. Sungguh beruntungnya saya, karena signal
di daerah Yembun sudah tersedia 24 jam sejak seminggu lalu saya sampai di
daerah tersebut. Tapi sepertinya keberuntungan saya itu tidak berlangsung lama
karena seharusnya memang saya tidak di desa Metnayam tapi di desa Baun karena
kepala sekolah saya sedang pelatihan di Yogyakarta kurang lebih beberapa minggu
jadi saya diperintahkan untuk di desa tersebut bersama dua orang teman saya
sesama peserta SM3T sampai nanti kepala sekolah menjemput untuk ke desa Baun.
Dan di Baun itu tidak seperti desa Metnayam, karena signal disana sangat sulit
dan listrik pun tidak seperti desa Metnayam, tapi walaupun begitu tidak
mematahkan semangat untuk tetap berjuang sebagai peserta SM3T karena memang
itulah tantangan serta resiko yang harus dijalani semua peserta SM3T.
“Desanya sepi sekali” “Udah segini saja wilayah desanya?” itulah pernyataan dan pertanyaan yang terlontar pertama kali sampai di desa Metnayam distrik Yembun. Foto diatas adalah foto beberapa rumah di desa Metnayam, jarak antar rumah tidak begitu jauh namun memang luas daerah kampung tidak luas, dan desa ini pun yang tidak banyak penduduk. Hari pertama saya tinggal di Metnayam, saya langsung berfikir oh begini ya, tidak seperti apa yg dibayangkan sebelumnya. Sungguh.. saya beruntung di awal-awal saya berada di tanah papua saya masih memiliki teman. Di hari awal berada di desa kami langsung berpikir untuk cepat beradaptasi dengan lingkungan masyarakat dan bahasa juga agar kami merasa lebih dekat dengan masyarakat serta siswa-siswa. Semoga itu dapat saya lakukan bersama teman-teman lainnya. Aamiin.
0 komentar:
Posting Komentar